Menguak Rahasia Kehidupan di Balik Bangunan Jam Gede
PETABELITUNG.COM - Jam Gede adalah nama sebuah jam di tower kantor pusat perusahaan timah di pulau Belitung.
Sejak era kolonial bangunan tersebut telah menjadi ikon bagi landmark ibukota Belitung, Tanjungpandan.
Gedung tersebut pertama kali dibangun oleh perusahaan timah swasta NV. Billiton Maatschappij (BM).
Namun sejauh ini petabelitung.com belum menemukan sumber primer yang menjelaskan waktu pembangunannya secara rinci.
Dalam peta Tanjungpandan tahun 1894, bangunan kantor BM masih berada di pelabuhannya yang sekarang terletak di areal kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung.
Melihat keterangan dalam peta tampak kantor tersebut tidak dilabeli dengan nama hofdkantoor atau kantor pusat, tapi hanya ditulis kantoor saja.
Dan seperti yang diketahui pada masa itu kantor pusat BM memang tidak berada di Belitung, tapi di Bogor.
Kemudian pada tahun 1905, kantor pusat tersebut dipindahkan ke Tanjungpandan, Belitung.
Pemindahan tersebut sempat mendapat protes dari sejumlah direksi karena Belitung dianggap masih daerah terpencil.
Namun protes tersebut kemudian hilang disaat sambungan telegram di pulau Belitung telah terpasang secara baik pada tahun 1904.
Keterangan ini bisa diperoleh dalam buku Gedenkboek Billiton Jilid 1.
Perwakilan Perusahaan (Vertegenwoordiger) BM yang pertama, yang menempati kantor pusat terebut adalah K.A. Begemann.
Jadi, besar kemungkinan pembangunan kantor pusat beserta Jam Gede tersebut berlangsung pada kurun waktu 1904-1905 atau awal abad ke-20.
Bila benar demikian, maka usia Jam Gede saat ini telah mencapai 114 tahun atau lebih dari satu abad.
Sejauh ini dokumentasi foto paling tua yang pernah petabelitung lihat berasal dari tahun 1921.
Foto tersebut diambil dari album milik Kepala Insinyur J. van den Broek yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1933 oleh G.L. Bol.
Dokumentasi selanjutnya berasal dari foto yang tercantum dalam buku Gedenkboek Billiton jilid 2, terbitan tahun 1927.
Namun foto-foto dalam buku tersebut tidak memuat keterangan tahun di dalamnya.
Selanjutnya mengenai makna desain dari bangunan Jam Gede.
Kita mulai dari sisi depan bangunannya.
Apa pernah kalian bertanya, ke arah mana bangunan tersebut menghadap?
Tampak sekali bagunan ini seperti kurang simetris dengan jalan di sekitarnya.
Ia tidak menghadap lurus ke jalan Sudirman, tidak pula menghadap jalan Jalan Veteran dan Jalan Pasar Sayur yang berbatasan langsung dengannya.
Apa mungkin arsitek yang mendesain bangunan tersebut tidak memikirkan keserasian dengan jalan?
Atau ada perubahan jalan yang menyebabkan bangunn tersebut terkesan kurang singkron dengan lingkungan sekitarnya?
Merujuk pada peta tahun 1894 dan 1951, tampak tidak ada perubahan arah jalan di sekitar pusat kota. Perubahan terjadi hanya pada lebar badan jalannya.
Tidak ada sumber primer yang menjelaskan masalah ini secara eksplisit.
Satu-satunya petunjuk kemudian diperoleh lewat buku Gedenkboek Billiton Jilid 2.
Besar kemungkinan, gedung ini dibangun menghadap ke arah bukit Gunong Tajam.
Maka itu kemudian arah hadapnnya tampak kurang singkron dengan jalan yang sudah dibangun lebih dulu.
Pengecekan lewat google maps menunjukkan bahwa gedung Jam Gede memang tepat menghadap ke arah Gunong Tajam.
Bila ditarik garis lurus, maka jarak antara Jam Gede dan Gunong Tajam adalah sekitar 27 kilometer.
Mengapa Jam Gede dibangun menghadap ke Gunong Tajam?
Jawaban pertanyaan ini seperti disiratkan dalam buku Gedenkboek.
Sebab foto kantor pusat beserta Jam Gede ditempatkan pada halaman yang menjelaskan tentang sudut pandang perusahaan terhadap Gunong Tajam.
Dalam buku itu disebutkan:
"Gunong Tajam adalah simbol dari keberhasilan hidup, sebuah karir yang sukses di pulau timah seimbang dengan semua itu,".
Ternyata, Gunong Tajam memiliki kesan tersendiri bagi para pegawai Eropa di perusahaan BM.
Kesan itu berlaku baik bagi mereka yang baru datang, maupun bagi mereka yang pulang setelah pensiun.
"Untuk pendatang baru, ini adalah waktunya untuk melihat pemandangan pulau yang agak kecil, di mana ia akan bekerja 18 tahun dari hidupnya, bila dia melakukan itu, dia akan melihat dua gunung tinggi di tengah-tengah pulau, yang muncul abu-abu dari pemandangan alam yang berbukit hijau, kedua puncak gunung yang tinggi yang terlihat dari laut itu adalah Tajam Laki dan Tajam Bini, dan dua gunung ini berdiri megah seakan-akan bersama-sama menjaga pulau di bawah kakinya yang lebar,"
"Beberapa pemuda yang penuh ilusi datang, memandang penuh harapan ke arah dua gunung tersebut, berapa banyak pula orang memberi salam perpisahan dengan gembira, bila enam tahun pertama belalu mereka akan cuti dan pulang ke negeri Belanda,"
"Akan tetapi untunglah, ada banyak juga yang baru pulang setelah karirnya selesai, di kapal mereka minum anggur dengan teman-temannya untuk perpisahan, pada akhirnya mereka diam-diam pergi ke belakang kapal dan mengamati berjam-jam gunung yang perlahan menghilang, dan selama itu membayangkan kembali apa-apa saja kenangan yang manis dan pahit selama berada di Belitung,"
"Mereka tidak bisa melepaskan pandangan dari dua gunung yang khusus ini dan mereka sadar waktu itu bahwa meninggalkan Belitung bukan berarti lepas dari Belitung, tapi akan melihat kembali Gunong Tajam dalam mimpi dan akan selalu mendengar 'panggilan Belitung' hingga akhir hayat,".
"Semoga setiap anak-anak muda mereka dan mungkin juga istri mereka akan mendengar 'panggilan Belitung' juga, walau istri mereka tidak begitu sepenuhnya 'kerasukan timah' seperti suaminya. Pada saat melihat Tajam mereka ingat akan harmoni yang bertentangan, mengandung rahasia kehidupan ini, dan di sana untuk hidup dan bekerja,".
"Orang-orang yang saat berpisah tanpa malu menitikkan air mata dengan mengucapkan pelan-pelan kepada gunung tua itu - Selamat berpisah Tajam, panggilan pria-pria kami kepada mu dan peganglah kami yang tua-tua ini erat-erat,"
Tepat di atas kalimat ini dipasang foto gedung Jam Gede.
Kondisi ini menimpulkan kesan bahwa bangunan Jam Gede tersebut merepresentasikan para personil perusahaan timah yang sedang memandang Gunong Tajam.
Dan tidak menutup kemungkinan bahwa bentuk bangunan Jam Gede tersebut terinspirasi dari bentuk Gunong Tajam.
Perhatikan gambar berikut ini :
Gambar sebelah kiri adalah peta kontur Gunong Tajam. Sedangkan gambar sebelah kanan adalah denah bangunan Jam Gede.
Sekilas tampak terdapat kemiripan bentuk di antara keduanya.
Bisa jadi bentuk limas pada tower Jam Gede adalah penggambaran bentuk Gunong Tajam laki.
Sedangkan bingkai pentagon pada jam yang melancip ke atas adalah penggambaran Gunong Tajam Bini.
Sedangkan tiga jendela persegi panjang pada bagian depan merepersentasikan tiga pionir perusahaan BM yakni Pangeran Hendrik, Van Tuyll, dan J.F. Loudon.
Tapi itu baru sebatas asumsi dan perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam lagi.
Semoga bermanfaat.(*)
Penulis : Wahyu Kurniawan.
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabelitung.com.