Kisah Petugas Listrik yang Dipaksa Membuat Kapal oleh Jepang
PETABELITUNG.COM - Beberapa bulan sebelum tentara Jepang mendarat di pulau Belitung, pesawat pesawat tempur Jepang melakukan pengintaian di pulau Belitung, beberapa bom di jatuhkan di Lenggang/Gantong, Kelapa kampit, Tanjung Pandan serta Manggar dan juga tak luput dari serangan senapan mesin pesawat pesawat tempur Jepang tersebut.
Di daerah Gantung dijatuhkan sebuah bom di gudang timah tapi tidak menimbulkan kerusakan hebat, di Tanjung Pandan rumah penduduk yang telah kosong ditinggal penghuninya terkena bom. Tampaknya serangan bom dan senjata mesin dari udara itu hanya untuk menakuti rakyat saja, karena tidak ada korban jiwa atau kerusakan yang berarti.
Pada tanggal 10 April 1942 sejumlah 200 orang tentara Jepang mendarat di Tanjung Pandan dengan menggunakan perahu motor dan kapal tunda.
Pada hari ke tiga semua polisi ditangkap dan senjata disita begitu juga pekerja di Lokal yang bekerja di perusahaan timah NV.GMB.
Jauh hari sebelum pendaratan, tampaknya Jepang telah menyusupkan mata mata. Karena tujuan Jepang untuk mengusai pulau Belitung ini adalah tambang tambang timah.
Seorang warga Manggar Abu Hasan mengisahkan kedatangan tentara Jepang di Belitung. Kisah tersebut dimuat dalam buku Tambang Timah Indonesia. Pria kelahiran Kampung Baru 14 April 1919 ini menuturkan, dirinya dan kawan kawan sekerjanya dipaksa tentara Jepang untuk membuat kapal kayu. Seorang temannya berusaha menjelaskan bahwa mereka tidak bisa membuat kapal karena mereka hanya pekerja listrik. Tapi ia kemudian dianggap menentang perintah sehingga akhirnya disiksa sampai menyebabkan kelumpuhan.
Selama 3,5 tahun pendudukan Jepang, petugas listrik itu dan kawan kawannya telah dapat membuat empat buah kapal kayu ukuran M Boat. Bahannya diambil dari hutan konservasi di selatan pulau Belitung. Kapal perahu itu kemudian digunakan sebagai kapal patroli tentara Jepang.(*)
Sumber Buku : "Sejarah Timah Indonesia", Ir. Sutedjo Sujitno terbitan tahun 1996
Nara Sumber : Alfran Noor Abu Hasan.
Abu Hasan. repro petabelitung.com 2019/facebook Rico Pebrico. |
Penulis: Rico Pebrico.
Editor : Wahyu Kurniawan.Sumber : facebook Rico Pebrico.