Ini Catatan Tentang Prosesi Pernikahan Orang Belitong pada Abad ke-19 (Bagian 2)
PETABELITUNG.COM - Setelah upacara pernikahan, kedua pengantin diarak keliling kampung menggunakan kursi pikul yang hiasi bunga-bunga, diiringi musik dari bedug dan tambur, diikuti oleh penyanyi yang menjerit.
Demikian deskripsi prosesi perkawinan tradisional Belitong yang ditulis Cornelis de Groot dalam bukunya yang terbit tahun 1883.
"Pawai itu membawa mereka pulang ke rumah dimana di sana para keluarga dan undangan disuguhi kopi, teh, dan kue kampung, untuk pengantin pria dan tamu laki-laki duduk di bagian rumah depan, dan bagi pengantin wanita dengan tamu perempuan di belakang rumah," kata De Groot.
Para perempuan menyiapkan pesta Makan Besar, yang diadakan siang sampai sore yang harus selesai sebelum matahari terbenam.
"Pada pesta makan itu Panghulu duduk paling depan dan di situ ia melaksanakan doa. Perempuan dan anak-anak ini kali juga diajak makan di belakang rumah," kata De Groot.
Menurut Cornelis de Groot, pernak-pernik resepsi pernikahan pada keluarga terpandang akan jauh lebih banyak. Kedua pengantin menunggu jamuan-status, duduk pada bangku dilapisi permadani atau kain sutra dan banyak bantal hiasan untuk sandaran.
"Panghulu menerima hanya f 1- f 2,5 dalam bentuk uang disamping satu gantang beras sebagai upah," kata De Groot.(Bersambung)
Hidangan kue kampung siang hari dalam sebuah pesta pernikahan di Desa Sungai Padang, Minggu (17/3/2019). repro petabelitung.com/Haryanto 2019. |
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabelitung.com.