Kisah Penelusuran Makam Keramat Kik Kara' di Bukit Kelapa Kampit Kabupaten Belitung Timur
PETABELITUNG.COM - Sebagian besar dari kita mungkin sudah tak asing mendengar nama tersebut. Namun mungkin juga sebagian besar dari kita tidak tahu dan tidak mau tahu kenapa nama itu tersemat pada gunung tersebut.
Penasaran??
Mungkin..
Itu juga terjadi pada ku dan pada teman-teman ku di KPSB Peta Belitung.
Dan hari Rabu pagi tanggall 6 Maret 2019 kami berempat berangkat menuju Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur.
Sebelumnya kami sudah mengontak teman-teman di Kampit dan Alhamdulillah dayung bersambut, mereka dengan senang hati menerima kami di Kantor Desa Senyubuk, Kelapa Kampit.
Sebelum saya bercerita tentang serunya perjalanan kali ini,bagaimana kalau izinkan saya untuk terlebih dahalu menjelaskan letak bukit Gunong Kik Kara' ini gaes..
Gunung Kik Kara' terletak di pusat kota Kelapa Kampit..
Tak berapa lama setelah melewati tugu selamat datang Desa Senyubuk, di depan puskesmas Kelapa Kampit kita akan menemui sebuah taman kota segitiga dan bukit menjulang nampak di sisi kanan kita.
Sebuah bukit yang menyimpan banyak sekali kekayaan tambang yaitu timah.
Jika kalian masih ragu gaes,maka mungkin nama OPEN PIT lebih familiar di telinga kalian.
Nah bekas tambang zaman Belanda ini letaknya ya di bukit gunong Kik Kara' ini gaes.. Hehe
Lanjuttt...
Jam 8.30 kami berempat berangkat menggunakan sepeda motor, jarak kota Kampit dari Tanjungpandan kurang lebih 50-an Km.
Sebelum berangkat tentunya sebagai makhluk beriman dan bertuhan kami membaca doa bersama sebelum keluar dari kantor KPSB menuju bukit Gunong Kik Kara' tersebut.
Pagi ini matahari nampak malu-malu muncul dari sisi timur pulau Belitung.
Apa mungkin dia tahu kalau mataku agak ngantuk karena semalam habis nonton bola y gaes..
Akh.. Akh.. Ngelantur.. Hehehe..
Alhamdulillah dengan kecepatan sedang kurang lebih 45 menitan kami tiba di kantor Desa Senyubuk, walau sebelumnya sempat nyasar, kok malah masuk kantor Desa Mentawak gaes.. Hehehe..
Ternyata di kantor desa kehadiran kami sudah dinanti sedari tadi.
Jabatan tangan mesra dan hangat dari teman-teman di Kelapa Kampit seakan dengan sekejap mata menghilangkan penat-pantat akibat perjalanan tadi.
Di halaman parkiran kami diterima oleh sahabat kami Agung 'Qoreka' Permana yg merupakan tokoh pemuda masyarakat Kelapa Kampit dan pelatih kenamaan Beltim. Hadir juga salah seorang temannya Iqbal Nurhadi,tokoh pemuda Desa Senyubuk.
Sedangkan di dalam kantor desa telah menunggu kami bang Ferdiansyah, Kaur Perencanaan Desa Senyubuk serta bang Tino Christian, Pemandu Objek Wisata Geologi Open Pit Nam Salu.
Setelah beristirahat sejenak dan berkelakar santai, kami bersiap jalan menuju bukit Kik Kara'.
Tujuan kami (KPSB) ke gunung Kik Karak adalah hendak menelusuri jejak sejarah peradaban zaman dahulu, sekaligus ziarah ke makam Kik Kara' (Karim bin Abdulhajar). Dan Bang Tino ternyata masih masuk dalam garis keturunan dengan almarhum, dan beliau adalah generasi ke 9.
Pertualangan dimulai gaes..
Bersiap ikut masuk dalam cerita ya biar bisa ikut merasakan sensasinya..Hehehe..Lebaayy.
Menurut Bang Tino, untuk menuju makam tersebut kita bisa melewati banyak jalan, ada jalur Barat, Timur, Utara maupun Selatan dan tiap-tiap jalur mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda.
Kali ini jalur Selatan menjadi pilihan Bang Tino karena menurut beliau jalur ini relatif aman.
Bismillahirahmanirrahim.
Dari kantor desa senyubuk kami ber-6 berjalan mengambil sisi Selatan bukit Gunong Kik Kara'. Dari jalanan aspal, berbatu dan tanah merah licin kami lalui sampai akhirnya perjalanan kami terhenti di sisi tebing karena motor sudah tidak mungkin lagi berjalan karena medan yang semakin terjal gaes.
Setelah memastikan motor aman terparkir, kami melanjutkan perjalanan dengan hiking untuk menuju ke puncak bukit.
Makam Kik Karak berada di puncak setinggi 210 meter di atas permukaan laut, dan medan di jalur Selatan sangat terjal, mungkin hingga 45-50 derajat siap menghadang niat kami menuju ke sana.
Untung saja sebelumnya kami sudah mempersenjatai diri dengan sendal gunung, sepatu dan air mineral gaes. Ini penting karena setelah berjalan beberapa meter saja keringat sudah bercucuran gaes, istilah anak muda Belitong: jengap. Hehe..
Tak jarang kami harus berpegangan dengan dahan dan akar yg menjalar untuk memastikan langkah kami biar lebih aman.. Huuftt.. Seruu..
Sudah lama sensasi ini tak kurasakan, tapi beruntung sekali hari ini matahari sangat bersahabat, seakan tahu dan mengerti kalo kami akan hiking berziarah ke makam Kik Kara'. Sejuukk dan sahdu dari kejahuan matahari menyapa. Tapi tetap saja keringat berhamburan gaes.. Hehe..
Di tengah perjalanan terhenti ku karena suatu pemandangan yang mengusik mata. Tampak banyak lubang-lubang besar dengan kedalaman puluhan meter bahkan mungkin ratusan meter. Selain itu ada juga tenda-tenda beratapkan terpal biru berdiri di kaki kaki gunung ini. Mereka adalah para penambang timah yg mencoba peruntungan mengais rezeki d kaki gunung ini, mencari timah di dalam2 lubang tersebut.
Perjalanan ini sedikit membuat saya kagum dengan bang Tino. Beliau bisa tahu arah menuju ek makam padahal jalan yang kami lalui tak ada petunjuk, patokan atau mungkin jalur bekas jalan orang, jalur yang kami lewati adalah hutan belantara yang hanya ditemani suara-suara burung dan binatang hutan yang bersahutan.
Pemandangan indah juga acap kali membuat ku kagum dan takjub dengan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala..
MasyaAllah..
Begitu kaya Engkau buat negeri ini, begitu indah ya Rabb.
Setelah 30-50 menit hiking ke atas, kami sampai di makam Kik Kara'. Di sana terdapat 4 buah nisan bersusun di sebuah pekarangan yang tampak sudah dipugar dengan semen, bukan kayu atau batu sebagai penanda kuburan tua yang sering kami temui di tempat lain.
Menurut Bang Tino, kuburan ini ternyata dikeramatkan oleh sebagian orang karena mereka beranggapan kuburan ini bisa membuat bisnis mereka lancar dan maju, sehingga banyak orang-orang yg ke sini sekadar untuk meminta dan bernazar.
Makanya makam ini sudah dipugar (bukan kayu asli) dengan semen-semen, ini biasanya nazar orang-orang yang meminta ke sini tadi ungkap Bang Tino.
Setelah mengucap salam dan berdoa untuk almarhum kami mengabadikan makam tersebut dengan kamera sembari menggali informasi yang dibutuhkan.
Sungguh perjalanan dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya.
Hari sudah menunjukan pukul 12.00 siang.. Sayup-sayup suara adzan terdengar dari atas sini, indaahhh.. Syahdu..
Masyaallah..
Setelah adzan selesai kami bersiap turun karena pasukan negara api sudah memanggil dari dalam perut.. Hahaha.. Laper gaes..
Sebenarnya masih banyak yang ingin kami gali dan ketahui, apa mungkin di sekitaran gunung ini dahulu kala ada kehidupan dan peradaban.
Mungkin dalam petualangan berikutnya gaes, karena kami masih ada pekerjaan lain lagi sore ini menanti.
Akhirnya kami berpisah di kantor desa Senyubuk dengan kawan-kawan dari Kelapa Kampit yang telah dengan suka cita menemani kami hari ini.
Terimakasih banyak kami haturkan kepada Bang Agung dan Iqbal sebagai tokoh pemuda Kelapa Kampit (tetap semangat mencintai sejarah broow)
Juga Bang Tino dan Bang Ferdi sudah banyak bercerita pada kami..
Semoga Allah selalu memberi kita nikmat sehat dan iman..
Sampai berjumpa di perjalanan berikutnya.(*)
Penasaran??
Mungkin..
Itu juga terjadi pada ku dan pada teman-teman ku di KPSB Peta Belitung.
Dan hari Rabu pagi tanggall 6 Maret 2019 kami berempat berangkat menuju Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur.
Sebelumnya kami sudah mengontak teman-teman di Kampit dan Alhamdulillah dayung bersambut, mereka dengan senang hati menerima kami di Kantor Desa Senyubuk, Kelapa Kampit.
Sebelum saya bercerita tentang serunya perjalanan kali ini,bagaimana kalau izinkan saya untuk terlebih dahalu menjelaskan letak bukit Gunong Kik Kara' ini gaes..
Gunung Kik Kara' terletak di pusat kota Kelapa Kampit..
Tak berapa lama setelah melewati tugu selamat datang Desa Senyubuk, di depan puskesmas Kelapa Kampit kita akan menemui sebuah taman kota segitiga dan bukit menjulang nampak di sisi kanan kita.
Sebuah bukit yang menyimpan banyak sekali kekayaan tambang yaitu timah.
Jika kalian masih ragu gaes,maka mungkin nama OPEN PIT lebih familiar di telinga kalian.
Nah bekas tambang zaman Belanda ini letaknya ya di bukit gunong Kik Kara' ini gaes.. Hehe
Lanjuttt...
Jam 8.30 kami berempat berangkat menggunakan sepeda motor, jarak kota Kampit dari Tanjungpandan kurang lebih 50-an Km.
Sebelum berangkat tentunya sebagai makhluk beriman dan bertuhan kami membaca doa bersama sebelum keluar dari kantor KPSB menuju bukit Gunong Kik Kara' tersebut.
Pagi ini matahari nampak malu-malu muncul dari sisi timur pulau Belitung.
Apa mungkin dia tahu kalau mataku agak ngantuk karena semalam habis nonton bola y gaes..
Akh.. Akh.. Ngelantur.. Hehehe..
Alhamdulillah dengan kecepatan sedang kurang lebih 45 menitan kami tiba di kantor Desa Senyubuk, walau sebelumnya sempat nyasar, kok malah masuk kantor Desa Mentawak gaes.. Hehehe..
Ternyata di kantor desa kehadiran kami sudah dinanti sedari tadi.
Jabatan tangan mesra dan hangat dari teman-teman di Kelapa Kampit seakan dengan sekejap mata menghilangkan penat-pantat akibat perjalanan tadi.
Di halaman parkiran kami diterima oleh sahabat kami Agung 'Qoreka' Permana yg merupakan tokoh pemuda masyarakat Kelapa Kampit dan pelatih kenamaan Beltim. Hadir juga salah seorang temannya Iqbal Nurhadi,tokoh pemuda Desa Senyubuk.
Sedangkan di dalam kantor desa telah menunggu kami bang Ferdiansyah, Kaur Perencanaan Desa Senyubuk serta bang Tino Christian, Pemandu Objek Wisata Geologi Open Pit Nam Salu.
Setelah beristirahat sejenak dan berkelakar santai, kami bersiap jalan menuju bukit Kik Kara'.
Tujuan kami (KPSB) ke gunung Kik Karak adalah hendak menelusuri jejak sejarah peradaban zaman dahulu, sekaligus ziarah ke makam Kik Kara' (Karim bin Abdulhajar). Dan Bang Tino ternyata masih masuk dalam garis keturunan dengan almarhum, dan beliau adalah generasi ke 9.
Pertualangan dimulai gaes..
Bersiap ikut masuk dalam cerita ya biar bisa ikut merasakan sensasinya..Hehehe..Lebaayy.
Menurut Bang Tino, untuk menuju makam tersebut kita bisa melewati banyak jalan, ada jalur Barat, Timur, Utara maupun Selatan dan tiap-tiap jalur mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda.
Kali ini jalur Selatan menjadi pilihan Bang Tino karena menurut beliau jalur ini relatif aman.
Bismillahirahmanirrahim.
Dari kantor desa senyubuk kami ber-6 berjalan mengambil sisi Selatan bukit Gunong Kik Kara'. Dari jalanan aspal, berbatu dan tanah merah licin kami lalui sampai akhirnya perjalanan kami terhenti di sisi tebing karena motor sudah tidak mungkin lagi berjalan karena medan yang semakin terjal gaes.
Setelah memastikan motor aman terparkir, kami melanjutkan perjalanan dengan hiking untuk menuju ke puncak bukit.
Makam Kik Karak berada di puncak setinggi 210 meter di atas permukaan laut, dan medan di jalur Selatan sangat terjal, mungkin hingga 45-50 derajat siap menghadang niat kami menuju ke sana.
Untung saja sebelumnya kami sudah mempersenjatai diri dengan sendal gunung, sepatu dan air mineral gaes. Ini penting karena setelah berjalan beberapa meter saja keringat sudah bercucuran gaes, istilah anak muda Belitong: jengap. Hehe..
Tak jarang kami harus berpegangan dengan dahan dan akar yg menjalar untuk memastikan langkah kami biar lebih aman.. Huuftt.. Seruu..
Sudah lama sensasi ini tak kurasakan, tapi beruntung sekali hari ini matahari sangat bersahabat, seakan tahu dan mengerti kalo kami akan hiking berziarah ke makam Kik Kara'. Sejuukk dan sahdu dari kejahuan matahari menyapa. Tapi tetap saja keringat berhamburan gaes.. Hehe..
Di tengah perjalanan terhenti ku karena suatu pemandangan yang mengusik mata. Tampak banyak lubang-lubang besar dengan kedalaman puluhan meter bahkan mungkin ratusan meter. Selain itu ada juga tenda-tenda beratapkan terpal biru berdiri di kaki kaki gunung ini. Mereka adalah para penambang timah yg mencoba peruntungan mengais rezeki d kaki gunung ini, mencari timah di dalam2 lubang tersebut.
Perjalanan ini sedikit membuat saya kagum dengan bang Tino. Beliau bisa tahu arah menuju ek makam padahal jalan yang kami lalui tak ada petunjuk, patokan atau mungkin jalur bekas jalan orang, jalur yang kami lewati adalah hutan belantara yang hanya ditemani suara-suara burung dan binatang hutan yang bersahutan.
Pemandangan indah juga acap kali membuat ku kagum dan takjub dengan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala..
MasyaAllah..
Begitu kaya Engkau buat negeri ini, begitu indah ya Rabb.
Setelah 30-50 menit hiking ke atas, kami sampai di makam Kik Kara'. Di sana terdapat 4 buah nisan bersusun di sebuah pekarangan yang tampak sudah dipugar dengan semen, bukan kayu atau batu sebagai penanda kuburan tua yang sering kami temui di tempat lain.
Menurut Bang Tino, kuburan ini ternyata dikeramatkan oleh sebagian orang karena mereka beranggapan kuburan ini bisa membuat bisnis mereka lancar dan maju, sehingga banyak orang-orang yg ke sini sekadar untuk meminta dan bernazar.
Makanya makam ini sudah dipugar (bukan kayu asli) dengan semen-semen, ini biasanya nazar orang-orang yang meminta ke sini tadi ungkap Bang Tino.
Setelah mengucap salam dan berdoa untuk almarhum kami mengabadikan makam tersebut dengan kamera sembari menggali informasi yang dibutuhkan.
Sungguh perjalanan dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya.
Hari sudah menunjukan pukul 12.00 siang.. Sayup-sayup suara adzan terdengar dari atas sini, indaahhh.. Syahdu..
Masyaallah..
Setelah adzan selesai kami bersiap turun karena pasukan negara api sudah memanggil dari dalam perut.. Hahaha.. Laper gaes..
Sebenarnya masih banyak yang ingin kami gali dan ketahui, apa mungkin di sekitaran gunung ini dahulu kala ada kehidupan dan peradaban.
Mungkin dalam petualangan berikutnya gaes, karena kami masih ada pekerjaan lain lagi sore ini menanti.
Akhirnya kami berpisah di kantor desa Senyubuk dengan kawan-kawan dari Kelapa Kampit yang telah dengan suka cita menemani kami hari ini.
Terimakasih banyak kami haturkan kepada Bang Agung dan Iqbal sebagai tokoh pemuda Kelapa Kampit (tetap semangat mencintai sejarah broow)
Juga Bang Tino dan Bang Ferdi sudah banyak bercerita pada kami..
Semoga Allah selalu memberi kita nikmat sehat dan iman..
Sampai berjumpa di perjalanan berikutnya.(*)
Wawancara dengan Bang Tino. petabelitung.com/Eka Arista Apriza 2019. |
Kegiatan pendokumentasian makam Kik Kara'. petabelitung.com/Eka Arista Apriza 2019. |
Pembuatan video vlog oleh Sophian di salah satu lubang tambang di Gunong Kik Kara'. petabelitung.com/Wahyu Kurniawan 2019. |
Berfoto bersama di makam Kik Kara'. petabelitung.com 2019/Wahyu Kurniawan. |
Berfoto bersama di makam Kik Kara'. petabelitung.com 2019/Wahyu Kurniawan. |
Penulis: Eka Arista Apriza.
Editor: Wahyu Kurniawan.
Sumber: petabelitung.com