Ini Potret Perahu Suku Sawang yang Legendaris, Dilengkapi 14 Pendayung Plus Juru Mudi dan Seorang Pengintai
PETABELITUNG.COM - Perahu Suku Sawang (Orang Laut) begitu terkenal pada masa sebelum pertengahan abad ke-19.
Pionir perusahaan timah Belitung J.F Loudon dalam catatannya pada tahun 1851 mengaku telah mendengar langsung mengenai kiprah perahu Suku Sawang tersebut.
Menurut Loudon, perahu-perahu tersebut sering digunakan dalam aksi pembajakan.
"Perahu-perahunya diperlengkapi dengan meriam-meriam kecil, daerah operasi mereka adalah laut Jawa," kata Loudon.
Pada masa eksplorasi timah, Loudon memanfaat perahu-perahu Suku Sawang untuk mengelilingi pulau Belitung.
Sayang tidak disebutkan mengenai detil ukuran perahu tersebut.
Namun Loudon setidaknya memberikan gambaran lewat muatan yang sanggup angkut oleh perahu Suku Sawang.
"Tiap-tiap perahu dikayuh oleh sebanyak 14 orang, ditambah juru mudi, dan seorang pengintai yang mengawasi karang dan lain-lain," kata Loudon dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1883.
Potret mengenai Perahu Suku Sawang terbilang langka.
Satu yang dimuat dalam buku Gedenkboek Billiton terbitan tahun 1927 tak cukup untuk menggambarkan kapasitasnya.
Sebab foto itu hanya memuat foto perahu tanpa awak di dalamnya.
Namun lewat penelusuran petabelitung.com akhirnya diperoleh satu foto yang setidaknya bisa memberikan gambaran.
Foto itu tidak secara khusus menggambarkan perahu Suku Sawang, tapi merupakan sebuah foto tentang wujud jembatan Sungai Manggar.
Dalam foto tersebut terdapat perahu Suku Sawang lengkap dengan para awaknya.
Dan kita pun bisa memeroleh gambaran tentang besaran perahu tersebut.
Simak fotonya dibawah ini :
Gambaran perahu suku Sawang. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabelitung.com 2019. |
Gambaran perahu suku Sawang. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabelitung.com 2019. |
Keterangan asli dalam foto ini ditulis Brug te Manggar, Billiton. Dipulikasikan sekitar tahun 1890. Perhatikan bagaimana panjangnya perahu tersebut dan begitu ramainya awak yang menggerakkan kapal tersebut.
Dalam satu kisah, Loudon mengaku pernah mengalami sakit parah hingga hampir mati.
Perahu Suku Sawang kemudian membawanya ke Toboali (Bangka Selatan) untuk mendapatkan perawatan dokter.
Loudon pun tiba di sana dengan selamat dalam perjalanan yang ditempuh selama tiga hari tiga malam.(*)
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com