Riwayat Ngabehi Belantu 168 Tahun Lalu, Disebut Simpan Banyak Senjata dan Sampai Punya Meriam VOC
PETABELITUNG.COM - Pada tahun 1851 atau 168 tahun yang lalu wilayah Belatu di selatan pulau Belitung dikepalai oleh Ngabehi Draip.
Begitu yang dicatat oleh pionir perusahaan timah Belitung, John Francis Loudon.
Tanggal 6 Juli 1851 adalah momen pertama Loudon berjumpa dengan Ngabehi Belantu.
Saat itu ia diperkenalkan oleh Depati Belitung di Tanjungpandan.
"6 Juli. Dipati hari ini datang di benteng untuk mengenalkan Ngabehi dari Blantu," tulis Loudon dalam catatan hariannya yang kemudian diterbitkan pada tahun 1883.
Kemudian pada tanggal 8 Juli, Ngabehi Belantu bersama Ngabehi Badau dan Depati Belitung serta Loudon meninjau kegiatan eksplorasi timah di Lesong Batang.
"Ngabehi dari Blantu kelihatannya baik dengan Dipati; tidak seperti kepala-kepala yang lain," tulis Loudon.
Selama berada di Belitung, Loudon mendengar desas-desus seputar latar belakang Ngabehi Belantu.
Menurut informasi yang diterimanya, Ngabehi tersebut memiliki banyak senjata yang disembunyikan di dalam tanah.
"Ngabehi dari Blantoo memiliki banyak senjata, menyembunyikannya di bawah tanah, menggunakannya dari perahu-perahu kalau mau membajak," tulis Loudon.
Dalam catatan Cornelis de Groot, nama Ngabehi Belantu ditulis Kyahi Agus Draib.
Sedang gelar Ngabehi ditulisnya, 'Ingebej'.
"Kediaman Ingebej adalah tinggi sekali di atas tanah, di atas tiang dan interiornya lebih baik dari pada yang lainnya," tulis De Groot.
Selanjutnya, De Groot tak menyangka bahwa sang Ngabehi ternyata punya koleksi meriam VOC di rumahnya.
"Di bawah rumahnya ada sebuah alat penembak baru dari logam sepanjang kurang lebih 1 meter, 3 Amst kogel caliber dengan cap VOC. Kepada Ngabehi tidak ditanyai, tetapi dapat dianggap nenek moyangnya atau dia sendiri secara tidak jujur memiliki senjata itu dari tangan VOC," kata Cornelis de Groot.(*)
Sampel cap Ngabehi Belantu koleksi tokoh pemerhati sejarah dan budaya Belitong, Salim YAH. repro petabelitung.com, 2019. |
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com