Foto DN Aidit Tampil di Halaman Depan dan Jadi Tulisan Utama Majalah Sketsmasa 1964, Simak Penjelasan Pimprednya
PETABELITUNG.COM - Foto Dipa Nusantara Aidit tampil di halaman depan majalah Sketsmasa edisi no.11-Th.VII - Maret 1964.
Pemuatan profil Aidit ini berlangsung sekitar 1,5 tahun sebelum terjadinya peristiwa gerakan 30 September 1965.
Mengenai Sketsmasa, majalah yang terbit di Surabaya ini mengidentifikasikan dirinya dengan koten bertema "Warta-Kisah-Dan-Kupasan Kejadian Masyarakat *All Fact".
Sedangkan jargonnya yakn Adil Makmur Lewat Manipol-Usdek Berdasarkan Pancasila.
Pada edisi Maret 1964 ini majalah Sketsmasa menampilkan profil D.N. Aidit pada halaman 4 dan 5, yang kemudian bersambung ke halaman 27-28.
Simak penjelasan Pemimpin Redaksi Sketsmasa Suripto Putra Jaya dalam kata pengantarnya di halaman 3 yang menjelaskan latar pemuatan profil Aidit tersebut.
Judul kata pengantarnya yakni "Prejudice".
Tulisan dalam kata pengantar itu masih menggunakan ejaan lama Bahasa Indonesia.
Petabelitung.com kemudian menterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia masa kini agar lebih mudah dibaca.
Berikut isinya :
"Para pembaca yang kami hormati,
Salah satu penyakit masyarakat dan juga banyak menghinggapi orang seorang, penyakit yang banyak menimbulkan malapetaka, salah faham, perselisihan, pertentangan, bahkan permusuhan, adalah penyakit prasangka. Dalam bahasa asingnya prejudice.
Dengan dihinggapi penyakit prejudice atau prasangka itu, suatu golongan atau seseorang melihat semua fihak, golongan lain, orang lain serba salah. Serba memusuhi. Serba mencurigakan. Misalnya dengan majalah kita Sketsmasa. Oleh karena ini menjadikan D.N. Aidit tokoh puncak PKI sebagai tulisan utama, maka mereka yang dihinggapi prasangka itu, pasti segera dengan enak mengecap Sketsmasa sebagai alat atau trompet atau pro komunis. (Sebaliknya sudah sejak lama Sketsmasa oleh orang-orang komunis yang berprasangka dianggap sebagai memusuhi komunis).
Kenyataan semacam ini sekarang ini banyak terjadi dalam masyarakat Indonesia. Kini banyak terjadi tuduh menuduh, saling mengecap kontra revolusioner, saling menamakan anti manipol, sering menjelekkan dengan anti-Bung Karno, dan sebagainya. Ini semua mempunyai dasar dihinggapi penyakit prasangka.
Para pembaca yang cinta kebenaran,
Prasangka tidak membawa kebaikan. Tidak membuat kita bersatu dan tidak menjadikan kita kuat. Dan yang paling hebat, ialah bahwa penyakit prejudice ini oleh musuh-musuh Indonesia, yaitu kaum imperialis dan kolonialis yang melancarkan kegiatan subversif di tanah air kita, digunakan dan dikobar-kobarkan untuk memecah dan menghancurkan persatuan bangsa. Ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Menko/Menteri Penerangan DR. H. Roeslan Abdulgani, bahwa subversif dan kegiatan musuh-musuh Indonesia antara lain untuk mengadu domba rakyat, suku dengan suku, partai dengan partai, golongan dengan golongan. Dan prejudice atau prasangka adalah alat atau senjata yang paling ampuh serta digunakan. Sebab memang setiap manusia pasti mempunyai prasangka. Hanya saja ada yang bisa menekannya, tetapi ada juga yang malahan dibina untuk menjadi berkobar dalam jiwanya.
Para pembaca yang baik hati,
Dalam suasana kita "Mengganyang Malaysia" dan memperhebat usaha memperbaiki pangan dan sandang - pangan ditulis lebih dahulu karena masalah yang paling pelik tegang dewasa ini - prasangka hanya akan menjadikan melapetaka bagi kita sendiri. Prasangka terhadap pimpinan Bung Karno, prasangka terhadap para menteri, prasangka terhadap setiap tindakan Pemerintah, prasangka terhadap golongan lain, terhadap orang lain, adalah lebih bijaksana harus kita buang jauh-jauh. Meskipun kita harus tetap waspada. Namun prasangka terhadap musuh-musuh Indonesia adalah wajar. Prasangka terhadap kaum imperialis dan kolonialis, adalah wajar. Sekali kolonialis, tetap kolonialis. Meskipun ganti baju seribu kali.
Persatuan dan kerjasama yang erat kuat untuk mewujudkan front dan benteng nasional menghadapi kaum imperialis dan kolonialis dengan proyek malaysianya sekarang ini, tidak mungkin dibangun atas dasar prasangka. Melainkan atas dasar percaya mempercayai, percaya pada kekuatan sendiri dan percaya akan kemenangan kita.
Sekian.
Surabaya 10 Maret 1964.
Suripto Putera Djaja."
Foto Dipa Nusantara Aidit tampil di halaman depan majalah Sketsmasa edisi no.11-Th.VII - Maret 1964. repro petabelitung.com 2019. |
Foto Dipa Nusantara Aidit tampil di halaman depan majalah Sketsmasa edisi no.11-Th.VII - Maret 1964. repro petabelitung.com 2019. |
Kata Pengantar Pimpred Sketsmasa edisi no.11-Th.VII - Maret 1964. repro petabelitung.com 2019. |
Majalah ini diperoleh petabelitung.com di sebuah rumah Welasasih, warga Jalan Bhinneka, depan Polres Belitung, Kabupaten Belitung. Menurutnya, majalah itu merupakan koleksi bacaan mendiang suami. Koleksinya masih tersimpan baik dengan edisi meliputi tahun 1964-1967. Namun ia tak ingat bagaimana dulu suaminya memperoleh majalah Sketsmasa tersebut.
Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan kalian.
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabelitung.com