3 Fakta Sejarah Kerajinan Anyaman Belitong, Jadi Upeti Untuk Sultan Hingga Disimpan di Museum Belanda
PETABELITUNG.COM - Kerajinan anyaman adalah sebuah suvenir yang bisa kalian beli ketika berwisata ke Belitung.
Banyak jenis produk anyaman yang bisa jadi pilihan kalian. Contohnya seperti tas, topi, hingga kerasi tanjak Melayu.
Semua anyaman tersebut dikerjakan secara tradisional dengan bahan alami berupa daun lais.
Tahukah kalian?
Kerajinan anyaman Belitong memiliki sejarah yang panjang.
Sepanjang apa sih?
Yuk simak 3 fakta sejarahnya berikut ini :
1. Masuk Pasar Jakarta sejak 355 Tahun Silam
Pada bulan Mei 1665 register harian Batavia (Jakarta) mencatat kedatangan seorang penduduk Belitung. Ia membawa barang dagangan berupa 1900 pahat, 100 parang, 5 pikul damar, dan 60 tikar.
Jadi bila dihitung, anyaman tikar Belitung setidaknya sudah masuk pasar Jakarta sejak 355 tahun silam. Waahhh udah lama banget ya guys!!!
Dalam buku Gedenkboek Billiton juga disebutkan bahwa perdagangan anyaman Belitong pada tahun 1925 tercatat senilai 24.000 gulden.
2. Jadi Upeti Untuk Sultan Palembang
Pionir perusahaan timah Billiton, J.F Loudon tiba di Belitung pada tahun 1851. Ia kemudian menulis buku yang didalamnya menyebutkan tentang upeti yang dikirim oleh Depati Belitung untuk Sultan Palembang.
"Pulau Belitung diperintah oleh seorang Depati yang setiap tahun harus menyerahkan upeti kepada Sultan Palembang berupa 1000 potong besi, 50 tikar untuk duduk, 2 kati garu, dan 2 kati lilin," kata Loudon dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1884.
Tikar tersebut tak lain adalah buah anyaman dari penduduk Belitung yang dulu dikenal dengan sebutan Urang Darat.
"Orang Belitung pintar sekali dalam membuat tikar," kata Loudon dalam bukunya.
3. Disimpan di Museum Belanda
Anyaman Belitong bukan hanya tikar guys! Sejak lama penduduk Belitong telah mengembangkan anyaman menjadi berbagai jenis produk. Antara lain keranjang, tas, bakul penyimpan beras, sampai kreasi sarung botol dan sarung rokok.
Ragam Gambar anyaman Belitong itu sekarang dipajang di laman wereldculturen.nl, Nationaal Museum van Wereldculturen, Rotterdam, Belanda.
Sebuah kerajinan anyaman Belitong tahun 1876 yang sekarang dipajang di laman wereldculturen.nl, Nationaal Museum van Wereldculturen, Rotterdam, Belanda. wereldculturen.nl/repro petabelitung.com 2020. |
Detil mengenai catatan sejarah kerajinan Belitong bisa kalian jumpai dalam buku Herinneringen aan Blitong. Buku terbitan tahun 1887 karya Cornelis de Groot itu juga menyebutkan ada tiga jenis daun yang digunakan untuk anyaman. Ketiga daun tersebut yakni Bengkuang, Lais, dan Pudak yang semua berasal dari keluarga daun pandan. Keterangan tersebut dimuat pada halaman 373-375 dalam buku Cornelis de Groot.
"Daun-lais selain diolah menjadi tikar, juga dikerjakan menjadi tas atau karung. Tikar dibuat untuk dipakai sendiri, tetapi juga banyak yang diekspor ke Singapura," kata Cornelis de Groot dalam bukunya.
Nah sekian dulu ya guys, 3 Fakta Sejarah Kerajinan Anyaman Belitong.
Semoga bisa menambah wawasan kalian tentang kekayaan produk trandisional Indonesia.
Sebagai tambahan, berikut ini kalian bisa melihat beragam kreasi anyaman daun lais dari merk Belais Belitong.
Semoga bermanfaat.(*)
Foto tas anyaman daun lais dari Belais Belitong dengan latar Kelekak Cerucok, Desa Cerucuk, Kecamatan Badau, Kabupaten Beiltung. Foto Yant Yanto Haryanto/repro petabelitung.com 2020. |
Foto tas anyaman daun lais dari Belais Belitong dengan latar Kelekak Cerucok, Desa Cerucuk, Kecamatan Badau, Kabupaten Beiltung. Foto Yant Yanto Haryanto/repro petabelitung.com 2020. |
Foto tas anyaman daun lais dari Belais Belitong dengan latar Kelekak Cerucok, Desa Cerucuk, Kecamatan Badau, Kabupaten Beiltung. Foto Yant Yanto Haryanto/repro petabelitung.com 2020. |
Foto beragam anyaman daun lais dari Belais Belitong dengan latar Kelekak Cerucok, Desa Cerucuk, Kecamatan Badau, Kabupaten Beiltung. Foto Yant Yanto Haryanto/repro petabelitung.com 2020. |
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabelitung.com