Ini Kisah Penemuan Makam Tua di Kawasan Gunong Lalang dan Catatan Kuno Tentang Kampung Ibrahim
PETABELITUNG.COM - Pada awalnya hari itu, Minggu (29/3/2020) saya berniat mengisolasi diri di kebun. Ini karena mengikuti imbauan pemerintah daerah dalam rangka pencegahan Covid-19 di Kabupaten Belitung.
Setiba di kebun, tidak banyak yang bisa dilakukan selain duduk di pondok milik orang tua. Karena cuaca saat itu panas sekali.
Dalam obrolan, Bapak saya bercerita tentang sebuah makam tua bertambak batu di kebun rekannya sesama petani. Singkat kata, sekitar pukul 14.00 saya pun diajak mengunjungi makam tersebut karena letaknya hanya sekitar 100 meter dari pondok Bapak.
Ternyata benar di sana ada sebuah makam tua bertambak batu berukuran panjang sekitar dua meter. Makam tua itu terletak di belakang pondok milik Jojon, seorang petani muda yang sudah berkebun di sana sejak tahun 90-an.
Awal Jojon terkesan ragu-ragu menceritakan prihal keberadaan makam tua tersebut. Namun setelah dijelaskan mengenai sejarah dan kepentingannya, Jojon kemudian tanpa sungkan menceritakan apa yang dialaminya bersama makam terebut.
Kisah penemuan terjadi pada tahun 1998 atau sekitar 22 tahun lalu. Ia bersama ayahnya membuka kebun di lokasi tersebut.
Pembukaan lokasi dilakukan secara tradisional, caranya hutan ditebang kemudian dibakar. Pada awalnya Jojon tak menyangka bahwa tumpukan batu besar itu adalah sebuah makam. Sampai kemudian ia menemui sejumlah kejadian aneh.
Dalam proses pembukaan lokasi, Jojon sempat menumpuk kayu di atas batu tersebut. Namun saat tumpukan kayu tersebut hendak dibakar, tampak hal aneh. Kayu-kayu tersebut seolah tidak bisa terbakar seperti kayu-kayu di sekitarnya. Bahkan Jojon sempat menggunakan minyak tanah untuk mempercepat proses pembakaran. Namun api hanya bertahan sebentar, dan kemudian padam seolah tersiram air. Ia kemudian beristirahat karena cuaca terik. Di saat beristirahat itulah tiba-tiba muncul angin puting beliung dan membuat makam tersebut bersih dari tumpukan kayu.
Singkat kata, ia kemudian mendapat mimpi yang memberitahunya bahwa tumpukan batu tersebut adalah makam. Ia pun kemudian berupaya memperbaiki makan, dan menyemen tambak makam tersebut.
Sayang batu-batu besar seukuran batu pondasi yang biasa ditemukan di makam-makam kuno Belitong sudah terlanjur digunakan oleh Jojon untuk pondasi pondok. Hal itu dilakukannya karena ketidaktahuannya mengenai makam-makam kuno bertambak batu.
Jojon menceritakan hal ini secara gamblang setelah saya memberikan penjelasan mengenai tipe-tipe makam kuno yang sudah pernah KPSB Peta Belitung telusuri sebelumnya. Ia tak ingin sembarang cerita karena khawatir orang salah sangka atau malah tidak percaya dengan yang dialaminya.
Menurutnya, tidak ada makam lain dalam radius seratus meter dari makam tua tersebut. Namun pada jarak sekitar 900 meter terdapat pemakaman kuno di kaki bukit Gunong Lalang. Bukit ini dikenal berada di wilayah Desa Buluh Tumbang, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung.
Mari simak ulasan sejarahnya.
Bukit Gunong Lalang memang sejak lama terdapat sejumlah perkampungan tua. Salah satu rujukannya adalah catatan Cornelis de Groot dalam bukunya Herinneringen aan Blitong terbitan tahun 1887. Dalam buku itu Cornelis de Groot menuliskan pengalamannya saat menjelajah Belitong tahun 1851 untuk pembukaan pertambangan timah.
Ketika menjelajah kawasan Gunong Lalang, Cornelis de Groot mengaku menemui sejumlah kampung dan sempat menginap di sana. Kampung itu antara lain Uwanglong, Bebulak, Paripin, Jangkang, Badau dan Perawas.
"Selain yang disebutkan, di daerah sama ditemui kampung Ibrahim, Penjerit, Embalong, Penjadaran dan Raponduki," kata Cornelis de Groot dalam bukunya.
Bagaimana kita bisa mengidentifikasi letak kampung-kampung tersebut?
Ternyata Cornelis de Groot juga membuat peta yang bisa membantu kita untuk melakukan identifikasi tersebut. Mari lihat petanya berikut ini :
Dalam peta tersebut bisa kita lihat sejumlah nama sungai yang namanya sama seperti yang disebutkan oleh Cornelis de Groot. Yaitu Penjerit, Perawas, dan Bebulak. Dalam narasinya, Cornelis de Groot menyebutkan nama kampung Penjerit setelah nama kampung Ibrahim.
Perhatikan panah merah dalam peta yang menunjukkan lokasi sungai Penjerit. Lihat pula panah hijau yang sekarang dikenal dengan nama Gunong Lalang. Kemudian perhatikan titik merah yang merupakan perkiraan titik lokasi makam tua di kebun Jojon.
Apakah makam tua tersebut adalah jejak kampung Ibrahim yang disebutkan oleh de Groot? Tentu kajian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Namun yang jelas, berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa makam tua tersebut adalah makam yang menghadap ke arah kiblat.
Sekian dulu ya guys ulasannya. Udah kepanjangan soalnya. Mungkin di lain kesempatan akan kita lanjutkan lagi kisah penelusurannya.
Oiya, video tentang makam tua di Gunong Lalang ini bisa kalian saksikan di fanspage facebook petabelitung.com.
Semoga bermanfaat.(*)
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com