Ternyata Arah Batu Keramat Manggar Lebih Condong ke Masjidil Aqsha, Kiblat Pertama Umat Islam
PETABELITUNG.COM - Batu Keramat terletak di Pantai Keramat, Desa Lalang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.
Bentuknya berupa bongkahan memanjang sekitar 4 meter dengan tinggi sekitar 1,5 meter.
Latar kisah mengenai Batu Keramat ini tercatat dalam buku Sastra Lisan Bahasa Melayu Belitung hasil penelitian tahun 1987.
Nama Batu Keramat ini disebut dalam kisah berjudul Datuk Letang.
Singkat kata, Datuk Letang ini kemudian menghilang dan dicari-cari oleh anak angkatnya.
Tidak disebutkan siapa nama anak angkatnya tersebut.
Namun yang jelas dia dikisahkan sebagai seorang anak sholeh yang taat beribadah.
Di tengah pencariannya, si anak kemudian tiba di batu keramat pada saat waktu sudah menunjukkan waktu salat Asar.
Ia pun kemudian menunaikan salat Asar di batu tersebut.
"Sembahyang asyarnya itu dikerjakannya pada sebuah batu yang kini dinamai orang batu keramat. Jadi menurut ceritanya, batu keramat Manggar bukanlah merupakan makam ataupun tempat bertapa tetapi hanya tempat persinggahan untuk mengerjakan sembahyang. Selesai sembahyang asyar ia terus melanjutkan perjalanannya mencari jejak ayah angkatnya, "
Demikian kutipan kisah batu keramat Manggar dalam buku Sastra Lisan Bahasa Melayu Belitung.
Merujuk pada kisah tersebut, petabelitung kemudian mencoba melakukan pengujian terhadap batu keramat.
Pengujian dilakukan untuk menjawab pertanyaan, apakah batu keramat tersebut dijadikan tempat sembahyang karena arahnya mengarah kiblat?
Untuk mengujinya, petabelitung menggunakan bantuan aplikasi google maps di internet.
Setelah dicek, ternyata letak kakbah melenceng sekitar 45 derajat dari posisi batu keramat.
Setelah dilakukan pengujian lebih lanjut, ternyata posisi batu keramat lebih condong ke arah Masjidil Aqsha. Seperti yang diketahui, Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama sebelum dipindahkan ke Kakbah.
Perhatikan gambar hasil pengujiannya berikut ini :
Batu Keramat ke Masjidil Aqsha. |
Batu Keramat ke Kakbah. |
Batu Keramat ke Masjidil Aqsha. |
Batu Keramat ke Kakbah. |
Potret Batu Keramat di Pantai Keramat Manggar tahun 2010. |
Potongan kisah Datuk Letang dalam buku Sastra Lisan Melayu Belitong. |
Cover buku Sastra Lisan Melayu Belitong terbitan tahun 1992. |
Mengenai Datuk Letang, dikisahkan sedikit mengenai latar belakangnya di dalam buku Sastra Lisan Bahasa Melayu Belitung. Beliau disebut berasal dari Pasai dan salah seorang mujahid di pulau Belitung. Namun anehnya, dalam cerita itu disebutkan bahwa beliau sebelumnya adalah seorang non-muslim.
Ia kemudian masuk Islam melalui anak angkatnya.
Dan dalam kisah, anak angkatnya ini muncul secara gaib dari sebuah bambu yang pecah di atas jemuran padi. Sewaktu hadir di hadapan Datuk Letang, anak tersebut telah berusia 3 tahun. Anak itu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pada usia 7 tahun sudah bisa mengerjakan salat tanpa diajari oleh siapa pun.
Singkat kata, Datuk Letang kemudian pergi dari Belitung karena perselisihannya dengan otoritas setempat. Kepergian itu membuat anaknya kemudian mencari-carinya hingga ke batu keramat yang disebutkan di atas.
Panjang memang kisahnya guys! Lain kali kita lanjutkan.
Namun yang jelas, kecondongan posisi batu keramat ke arah Masjidil Aqsha masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut.
Tapi pilang tidak ada pelajaran baik dalam kisah ini.
Bahwa anak Datuk Letang itu tidak sekalipun meninggalkan salat sekalipun sedang dalam perjalanan.
Hal ini patutnya menjadi penyemangat bagi kita generasi Belitong masa kini.
Agar senantiasa menjaga salat, khususnya salat wajib lima waktu.
Semoga bermanfaat.(*)
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com