KPSB Peta Belitung Ikut Mendaftar di Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Tahun 2020 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
PETABELITUNG.COM - Pada 9 Maret 2020 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan merilis berita berjudul Fasilitasi Bidang Kebudayaan “Merajut Harmoni Kebinekaan”. Hingga kini, berita tersebut telah 21991 kali dilihat.
"Fasilitasi Bidang Kebudayaan ini merupakan kegiatan pendukungan yang bersifat stimulus yang diberikan kepada perseorangan/kelompok, bersifat non-fisik dan non-komersil serta dapat diapresiasi masyarakat dan pemangku kepentingan (stake holder) secara luas," demikian keterangan dalam berita tersebut.
Coba cari informasi terbaru mengenai Fasilitasi Bidang Kebudayaan dengan mengetikkan kata kuci Fasilitasi Bidang Kebudayaan pada kolom pencarian website https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/.
Maka diperoleh konten yang dirilis pada 29 Juni 2020 dengan judul 'Fasilitasi Bidang Kebudayaan 2'.
Konten tersebut berisikan borang pendaftaran untuk mengikuti program tersebut.
Kamis 9 Juli 2020 Komunitas Pelestari Sejarah dan Budaya Peninggalan Tanah Belitung (KPSB Peta Belitung) telah mendaftarkan diri dalam program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Tahun 2020 dengan mengisi borang yang tersedia.
Borang tersebut antara lain berisikan kolom isian Judul Kegiatan, Konsep Kegiatan, Durasi Kegiatan.
Judul kegiatan yang diajukan oleh KPSB Peta Belitung adalah Proses Produksi Karya Cipta Aplikasi Android Kelekak di Tangan Mu Kabupaten Belitung.
Kelekak merupakan warisan budaya tak benda yang secara khusus masuk ke dalam domain pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta di pulau Belitung (Belitong). Pulau Belitung terbagi menjadi dua wilayah adminisrasi yakni Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Adat istiadat Kelakak sudah ditetapkan sebagai salah satu objek pemajuan kebudayaan (OPK) di dalam dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Belitung tahun 2018. Namun hingga kini kegiatan pewarisan nilai budaya dan kearifan lokal Kelekak masih belum optimal. Padahal, adat istiadat Kelekak di Belitung mengandung nilai-nilai kebhinekaan yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia.
Kelekak diartikan kawasan tanaman buah-buahan yang biasanya diperuntukkan bagi anggota keluarga secara turun-temurun. Terkadang orang yang menanam pohon buah-buahan tersebut tidak menikmati hasilnya. Artinya, generasi terdahulu memberikan jaminan ketersediaan bahan makanan kepada keturunannya ketika ia sudah meninggal. Kearifan lokal ini merupakan tradisi agraris yang diturunkan oleh para leluhur masyarakat Belitung, termasuk masyarakat yang berada di Pulau Bangka. Sebutan kelekak itu merupakan istilah oleh generasi berikutnya, bukan oleh orang yang menanamnya.
Definisi Kelekak di atas dimuat dalam sebuah karya tulis berjudul Kearifan Lokal Versus Kelestarian Mangrove: Upaya Menjaga Kawasan Pesisir Kabupaten Belitung dari Kerusakan karya Robert Siburian dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI). Karya tulis ini dipublikasikan ke dalam Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 16 No. 1 Tahun 2014. Sedangkan sumber tulisannya berasal dari hasil penelitian Kompetitif LIPI Tahun 2012 dengan tema: Penguatan Masyarakat Lokal Melalui Konservasi Mangrove.
Lebih lanjut Robert Siburian mengatakan, tulisannya tersebut bertujuan untuk menjelaskan kearifan lokal yang berhubungan dengan ekologi yang dimiliki oleh masyarakat Belitung. Kearifan lokal yang dikenal masyarakat Belitung adalah dukun kampung, kelekak, dan hutan larangan. Kendati mereka memiliki kearifan, kawasan hutan di wilayah ini tidak luput dari kerusakan. Kearifan itu tidak terimplementasi dalam kehidupan keseharian mereka. Tidak demikian halnya dengan kawasan mangrove di wilayah Belitung yang masih terpelihara dengan baik. Padahal, kearifan yang ada di sana bukan berorientasi pesisir ataupun laut, melainkan berorientasi darat. Untuk itu, tulisan ini berfokus pada pemahaman masyarakat terhadap mangrove dihubungkan dengan kearifan lokal mereka.
Merujuk pada hasil penelitian tersebut dapat dipahami bahwa kearifan lokal Kelekak belum terimplementasi secara baik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Belitung. Hal ini juga dipengaruhi minimnya media informasi yang menyebarluaskan nilai-nilai kearifan lokal Kelekak ke masyarakat, khususnya pada generasi muda. Maka itu dibutuhkan kegiatan penciptaan karya kreatif inovatif berupa proses produksi karya cipta yang bisa menjawab tantangan isu kebudayaan kekinian.
Kegiatan pemajuan budaya Kelekak bisa dilakukan dalam sebuah proses produksi karya cipta aplikasi android bertajuk “Kelekak di Tangan Mu”. Singkat kata, Kelekak di Tangan Mu adalah sebuah media edukasi yang mengkoneksikan media cetak dengan media daring. Dalam perusahaan pers, istilah ini sering disebut cross media, yakni menyematkan media cetak dengan barcode untuk langsung menghubungkan pembaca ke media daring. Dan sebaliknya melengkapi media daring dengan daftar refrensi untuk memudahkan pembaca mendapatkan buku yang menjadi sumber penulisan. Dalam hal ini, aplikasi Kelekak di Tangan Mu yang akan diproduksi meliputi aplikasi android, konten website, buku refrensi, buku mewarnai, komik, dan mini galeri. Kelekak di Tangan Mu juga merupakan sebuah pesan bagi generasi muda untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Kelekak.
Proses produksi aplikasi Kelekak di Tangan Mu dilakukan dengan melibatkan masyarakat umum dan generasi muda. Selain bisa ikut mengaktulisasikan nilai-nilai budayanya sendiri, generasi muda Belitung juga akan mengenal keterkaitan budaya Kelekak dengan daerah lain di Indonesia. Sebab kearifan lokal Kelekak juga ditemui di Pulau Bangka dengan sebutan yang sama, di Kalimantan Tengah dengan sebutan Kaleka Lewu, dan orang Sunda dengan sebutan Talun. Sedangkan di Sumatera juga ditemui kebudayaan yang sama seperti di Lampung dengan sebutan Repong, dan di Sumatera Barat dengan sebutan Parak. Keterkaitan budaya ini membuat pemajuan kebudayan Kelekak di Belitung akan berguna pula bagi penelitian di daerah lain. Apalagi budaya Kelekak berkaitan langsung dengan konsep keberlanjutan dalam agroforestry atau wanatani.
Berdasarkan sumber data dan pengalaman yang dimiliki personil KPSB Peta Belitung diketahui bahwa pembahasan budaya Kelekak tidak bisa dilepaskan dari OPK lain yang terangkum dalam PPKD Kabupaten Belitung 2018. Artinya dengan satu kata “Kelekak” , maka kita akan berbicara tentang manuskrip, tradisi lisan, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, olahraga tradisional, dan cagar budaya di Belitung.
Satu hal yang belum ditemukan dalam kegiatan penelitian atau pun penulisan budaya Kelekak sebelumnya adalah data refrensi sejarahnya. Kondisi itu disebabkannya minimnya sumber refrensi masa lalu. Sekarang KPSB Peta Belitung setidaknya memiliki 11 refrensi catatan sejarah, yang 8 di antaranya berasal dari abad ke-19. Keberadaan refrensi tersebut akan memperkaya pendeskripsian budaya Kelekak dan sekaligus menjadikannya lebih menarik untuk dibaca. Sebab dari catatan sejarah diketahui bahwa terdapat sejumlah budaya yang sudah tidak berkembang lagi di masyarakat Belitung masa kini.
Perhatian KPSB Peta Belitung pada pengembangan PPKD Kabupaten Belitung tahun 2018 bukannya tanpa alasan. Sebab tiga orang pengurus KPSB Peta Belitung ikut terlibat dalam penyusunan dokumen tersebut bersama para tokoh budaya dan masyarakat dibawah koordinator Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belitung. Kami menyadari dokumen tersebut masih memiliki sejumlah hal yang harus dilengkapi, salah satunya adalah narasi dari setiap OPK yang sudah dicantumkan dalam PPKD Kabupaten Belitung. Selain itu secara pribadi, pengurus KPSB Peta Belitung juga sudah memiliki pengalaman dalam membuat aplikasi android. Aplikasi tersebut bisa ditemui di playstore dengan nama Geopark Belitong, yang diluncurkan oleh PT Velko pada tahun 2019 lalu.
Pelaksanakan proses produksi karya cipta Kelekak di Tangan Mu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya tersebut dibutuhkan untuk memperkuat peralatan produksi dan biaya operasional KPSB Peta Belitung. Karena itu kehadiran program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) tahun 2020 memberikan sebuah harapan. Pendanaan yang disediakan dalam FBK membuat kami yakin. Kami optimis bisa mewujudkan sebuah kegiatan proses produksi karya cipta yang mampu memajukan kebudayaan Kelekak serta selaras dengan tujuan dan tema “Merajut Hormoni Kebhinekaan” dalam program FBK tahun 2020.
Pada akhirnya aplikasi android yang terintegrasi dengan media lainnya akan memberikan dampak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aplikasi tersebut akan mendorong kunjungan ke Kelekak yang dikelola oleh masyarakat dan pelaku pariwisata juga punya banyak narasi yang bisa digunakan untuk memandu wisatawan di Belitung. Semua itu diperoleh lewat pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan Kelekak dalam PPKD Kabupaten Belitung 2018.(*)
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com