Resensi Buku Bunga Rampai Sarasehan Makan Bedulang
Seturut dengan judulnya, buku Bunga Rampai Sarasehan Makan Bedulang
merupakan antologi yang bertemakan budaya Belitung. Buku ini memuat soal
catatan budaya Belitung yang menjadi pembahasan pada tiap acara Sarasehan
Budaya Makan Bedulang. Acara sarasehan tersebut pertama kali digelar oleh Dinas
Kebudayaan Pariwisata pada tahun 2013. Lamun terhitung sejak 11 Maret 2014,
acara Sarasehan Budaya Makan Bedulang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan. Pemerintah Kabupaten Belitung menyadari bahwa dunia yang semakin mengglobal
menyebabkan beberapa kearifan lokal terkikis. Dalam konteks ini ialah
kebudayaan Melayu Belitong. Oleh karena itulah kemudian, Pemerintah Kabupaten
Belitung berinisiatif menyambangi sesepuh, lalu menghadirkan mereka dalam ruang
sarasehan untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka soal budaya Melayu Belitong.
Hasil sarasehan tersebut kemudian diparafrasakan dalam buku Bunga Rampai Sarasehan Makan Bedulang.
Buku Bunga Rampai Sarasehan Makan Bedulang mengawali pembahasannya
dengan menerangkan area permukaan tentang budaya makan bedulang. Semisal hal-hal
yang berkaitan dengan pengertian makan bedulang, tata cara atau etika, dan
perangkatnya. Pada bagian ini, dijelaskan bahwa makan bedulang merupakan sarana
pengikat silaturahmi bagi masyarakat Melayu Belitung. Partisipannya harus duduk
bersila sebagai bentuk pengejawantahan nilai egaliter. Selain itu, tradisi
makan bedulang juga terimplisit nilai-nilai kerukunan, persatuan, dan tenggang
rasa, sebagaimana diperlihatkan dalam penggunaan serbet dan “kecibokan”. Pembahasan berikutnya, diterangkan
soal budaya makan bedulang yang sudah menyentuh pada area lebih mendalam,
seperti “Makan Bedulang sebagai Cerminan Konsep Sosial Ekologis Masyarakat
Melayu di Pulau Belitong” dan “Makan Bedulang sebagai Warisan Budaya Tak
Benda”.
Pada pembahasannya yang lebih jauh, buku Bunga Rampai Sarasehan Makan Bedulang akan menarasikan tentang budaya Belitung secara umum. Pembahasannya tentang budaya Belitung umum itu, selanjutnya dibagi ke dalam beberapa bagian, seperti sistem nilai, prosesi perkawinan, bahasa, dan seni tradisi. Pada jenis pembahasan sistem nilai, terdapat empat karya tulis, yakni :
1. “Struktur Sosial Masyarakat Tradisional Belitong”,
2. “Benda-benda Budaya Pembentuk Identitas Melayu Belitong”,
3. “Revitalisasi Pengetahuan Lokal Masyarakat Belitong”, dan
4. “Menggali Kearifan Lokal Desa Kembiri”.
Selanjutnya untuk bagian proses perkawinan, terdapat tulisan, seperti :
1. “Peran Mak Inang dalam Perkawinan Adat Belitong”,
2. “Gawai sebagai Bagian Upacara Adat Masyarakat Melayu Belitong”, dan
3. “Kuliner Urang Belitong”.
Lalu untuk bagian Bahasa, terdapat empat tulisan, yakni :
1. “Bahasa sebagai Modal Sosial”,
2. Sastra Lisan Melayu Belitong”,
3. “Ure-ure dalam Sastra Melayu Belitong”, dan
4. “Transformasi Budaya dalam Tradisi Lisan”.
Terakhir untuk bagian seni tradisi, terdapat tulisan dengan judul:
1. “Musik sebagai Jati Diri”,
2. “Apresiasi Budaya Beripat Beregong Menuju Go Public”, dan
3. “ Kreasi Buah Butun”.
Sekali lagi, bahwasanya karya-karya tulis itu merupakan bentuk dokumentasi dari kegiatan Sarasehan Budaya Makan Bedulang, yang pada tahap selanjutnya dikumpulkan menjadi satu bunga rampai (antologi). Buku tersebut menjadi bermakna sebab merupakan bentuk revitalisasi budaya Belitung dan referensi bagi khalayak yang membutuhkan. Buku ini menjelaskan berbagai budaya Belitung dengan kalimat yang mudah dipahami. Terlebih, buku ini juga dilengkapi dengan glosarium (kamus dalam bentuk ringkas) di bagian belakangnya. Glosarium tersebut menjelaskan soal istilah-istilah dalam budaya Melayu Belitung, yang bahkan orang Melayu Belitung sendiri belum tentu mengerti maknanya.(*)
Cuplikan isi buku Bunga Rampai Sarasehan Makan Bedulang. Repro by Dony Agustio Wijaya/petabelitung.com, tahun 2020. |
|