Resensi Buku Herinneringen aan Blitong: Historisch, Lithologisch, Mineralogisch, Geographisch, Geologisch en Mijnbouwkundig
Buku yang berjudul Herinneringen aan Blitong: Historisch, Lithologisch, Mineralogisch, Geographisch, Geologisch en Mijnbouwkundig ini merupakan “titisan pena” dari Cornelis de Groot. Beliau adalah seorang insinyur pertambangan yang berjasa dalam berbagai kegiatan eksplorasi sumber daya mineral di Hindia Belanda. Untuk kegiatan eksplorasinya di Belitung, Cornelis de Groot mengabadikannya lewat buku Herinneringen aan Blitong ini. Buku tersebut memuat berbagai catatan soal Belitung, yang dibahasnya dalam berbagai kacamata bidang ilmu pengetahuan.
Awal Mula Ketertarikan Belanda terhadap Belitung
Pada penggalan awal buku ini,
Cornelis de Groot menarasikan Belitung secara umum. Semisal soal sejarah
Belitung (terutama sebelum tahun 1866) dan kondisinya. Diterangkan oleh
Cornelis de Groot bahwasanya sebelum tahun 1851, pihak Pemerintah Hindia
Belanda belum terlalu banyak terlibat dengan Pulau Belitung. Walaupun begitu, pada
tahun 1746, pihak Belanda (VOC) sudah mulai menaruh perhatiannya pada Pulau
Belitung (1887: 12). Pada saat itu, Gubernur Jenderal van Imhoff mengeluarkan
perintah penyelidikan terhadap Belitung untuk mengetahui kondisinya dan produk
yang dihasilkan.
Penyelidikan ini dilatarbelakangi
oleh rasa curiga pihak Belanda terhadap aktivitas kapal-kapal pribumi yang
lalu-lalang di perairan Belitung. Pihak Belanda mencurigai ada suatu kegiatan
niaga yang tidak diketahui oleh Belanda. Tugas penyelidikan tersebut lantas
diembankan kepada Van den Heuvel, selaku residen di Palembang. Nyatanya, upaya
penyelidikan ini bukanlah sesuatu yang mudah. Dijelaskan oleh de Groot (1887: 15-16),
bahwa Belitung merupakan pulau yang dikelilingi banyak terumbu karang. Hal ini
kemudian menjadi berbahaya bagi mereka yang belum pernah mengunjungi Pulau
Belitung sebelumnya. Ditambah pula dengan kesulitan dari pihak Belanda dalam
menemukan pemandu pribumi yang bisa diandalkan untuk mengantarkan mereka ke
Belitung. Berbagai aral itulah kemudian yang membuat ekspedisi langsung ke
wilayah Belitung sempat ditangguhkan hingga tahun 1759. Jeda selama tiga belas
tahun tersebut (antara 1746 hingga 1759), dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk
mengumpulkan informasi terlebih dahulu soal Belitung. Dalam suatu laporan yang
berhasil terkumpul, diperoleh informasi bahwa Belitung ialah pulau yang liar.
Penduduknya terdiri dari para kriminal,—lanun. Komoditasnya adalah teripang,
agar-agar, besi, dan karet, serta mungkin timah.
Ekspedisi Langsung ke Belitung: Kesan Pertama Belanda terhadap Belitung
Ekspedisi langsung pertama ke Belitung baru terjadi
pada tanggal 15 Agustus 1759. Ekspedisi tersebut dipimpin oleh H. J. de Herre.
Rombongan H. J. de Herre yang bertolak dari Palembang, baru menginjakkan kakinya
di Belitung pada 16 September 1759 atau sebulan setelahnya. Melalui bukunya ini
(1887: 39), Cornelis de Groot memuat kondisi Belitung saat pertama kali
rombongan H. J de Herre berlabuh. Dinarasikan banyak penduduk pesisir yang
berlarian masuk ke pedalaman saat kabar burung berhembus soal kedatangan H. J
de Herre. Selain itu, juga diterangkan tantang rumah-rumah penduduk Tanjung
Gunong (Tanjungpandan) yang banyak dibangun dengan cara Makasar, berdiri di
atas tiang-tiang.
Bisa dikatakan kesan pertama Belanda
saat pertama kali berlabuh di Belitung, kurang begitu bagus. Selama tiga hari
meninjau kondisi Belitung, H. J de Herre berani menarik sebuah kesimpulan bahwa
Pulau Belitung tidak akan memberikan keuntungan apa-apa kepada pihak Belanda.
Menurut laporannya H. J de Herre dalam buku Herinneringen
aan Blitong, Belitung tak ubah tanah bajak laut yang dipenuhi para bandit
(1887: 43).
Catatan Komprehensif de Groot Tentang Belitung
Awal mula keterlibatan Cornelis de
Groot dengan Belitung, tidak bisa dilepaskan dari permintaan John Loudon,
seorang pionir Billiton Maatschappij. Melalui tangan pemerintah, John Loudon
berhasil mengirim Cornelis de Groot untuk melakukan penelitan ulang soal timah
di Belitung. Saat mengemban tugas ini, sejatinya Cornelis de Groot tidak begitu
yakin. Mengingat, laporan-laporan sebelumnya yang sama sekali menyangkal
keberadaan timah di Belitung.
Akan tetapi, nasib mujur menghampiri Cornelis de Groot saat menjalankan tugas eksplorasinya di Belitung. Cornelis de Groot yang saat itu tergabung dalam tim John Loudun berhasil membuktikan keberadaan timah di Belitung. Cornelis de Groot dalam bukunya mencatat soal beberapa daerah di Belitung yang memiliki kandungan timah. Pada awal ekspedisinya, Cornelis de Groot menemukan daerah timah, seperti Sungai Padang, Sungai Padang, Tanjung Tambelan, Tanjung Simba, dan sekitar Burung Mandi (1887: 76-80). Selain itu saat menjabat sebagai Wakil Billiton Maatschappij (1866-1870), dalam bukunya ini, Cornelis de Groot juga mencatat ihwal lainnya di Belitung. Semisal soal kondisi bebatuan, geografi, demografi, dan geologi Belitung yang dibahasnya secara mendetail, diseratai dengan bukti lokasi.
****
Dengan demikian, berdasarkan
penjabaran singkat di atas, buku Herinneringen
aan Blitong ini merupakan sebuah buku yang mengikuti cara penulisan
ensiklopedis. Melalui pendekatan ensiklopedis tadi, sudah pasti tentu buku Herinneringen
aan Blitong membahas ihwal yang pancaragam (beragam) soal Belitung;
sejarah, litologi, mineralogi, geografi, geologi, dan pertambangan. Pembahasan
yang beragam tersebut termaktub dalam bagian-bagian bab pada buku ini. Bisa
dikatakan, bersama bukunya John F. Loudon[1],
buku Herinneringen aan Blitong ini
menjadi penting untuk mengetahui kondisi Belitung, terutama semenjak medio abad
ke-18 hingga berdirinya Billiton Maatschappij (1860). Tentu saja, penjelasan
buku ini lebih komprehensif ketimbang yang diungkapkan Loudun dalam bukunya.
Ilustrasi. Soft cover Buku De Groot dan lukisan diri de Groot. |