Sejarah Belitung, Perintisan TVRI di Gunong Tajam dan Kisah PN Timah Kirim Tim ke Brazil
PETABELITUNG.COM - Pada tanggal 24 Agustus atau sepekan setelah peringatan HUT RI, dikenal sebagai hari yang bersejarah bagi TVRI. Dikarenakan pada tanggal tersebut, TVRI secara resmi mengudara di langit Indonesia. Dengan mengudaranya TVRI pada tahun 1962 ini, Indonesia mengukuhkan diri sebagai negara keempat di Asia yang mempunyai stasiun televisi, setelah Jepang, Filipina, dan Thailand.
Lantas, bagaimana dengan sejarah mengudaranya TVRI di Belitung?
Kehadiran
TVRI di Belitung bermula saat dibangunnya menara pemancar
perintis TVRI pada tahun 1967 di bukit Gunong Tajam. Menara pemancar perintis
tersebut dibangun oleh Tim Telekomunikasi PN Timah (Christian Lebert, dkk.),
pada masa Bapak Sunarjo selaku Direksi Unit Penambangan Timah (UPT) Belitung.
Walaupun telah dibangun sejak tahun 1967, menara pemancar di Gunong Tajam
tersebut hanya berperan sebagai radio telekomunikasi antar daerah di Belitung,
seperti Tanjungpandan, Manggar, Kelapa Kampit, dan Gantung. Artinya Menara
pemancar di Gunong Tajam belum aktif dalam memancarkan siaran TVRI.
Barulah kemudian pada medio 1970-an
atau tepatnya pada awal tahun 1975, TVRI telah mengudara di langit Belitung.
Mengudaranya TVRI di Belitung diawali dengan dikirimkannya tim dari PN Timah ke
Brazil (1973) untuk mengikuti pelatihan soal pembangunan stasiun relai
televisi. Pada saat itu, pengiriman tim dari PN Timah bekerja sama dengan
perusahaan Philips dari Belanda. Dipilihnya negara Brazil (bukan Belanda)
sebagai negara pelatihan ini dikarenakan Brazil kala itu dikenal sebagai negara
yang berhasil dalam mengembangkan jaringan televisinya. Dalam tim yang dikirim
ke Brazil tersebut, ternyata juga terdapat nama Christian Lebert. Beliau adalah
orang yang juga ikut berperan dalam pembangunan pemancar perintis di Gunong
Tajam (1967).
Pelatihan tim PN Timah di Brazil
selesai sekitar Februari 1974. Sekembalinya dari pelatihan, dimulailah
pembangunan stasiun relai TVRI di Gunong Tajam. Pembangunan stasiun relai TVRI
ini di bawah langsung kendali PN Timah karena PN Timah memang kuat secara
keuangan. Pembangunan stasiun relai TVRI tersebut benar-benar rampung pada
sekitar akhir tahun 1974. Pada awal tahun 1975 pun akhirnya masyarakat Belitung
bisa menikmati saluran TVRI.
Akan
tetapi pada waktu tersebut, siaran TVRI yang diterima oleh Belitung bukanlah
siaran langsung dari TVRI Nasional (Jakarta). Hal ini dikarenakan pada tahun
1975, Indonesia belum memiliki satelit sendiri (Satelit Palapa). Dengan
demikian siaran TVRI yang diterima oleh Belitung waktu itu merupakan siaran
tidak langsung/estafet.
Sinyal
TVRI Nasional dipancarkan dari Jakarta lalu diterima oleh Palembang dan direlai
oleh TVRI Palembang. Dari Palembang, dipancar ulang ke Bangka (tepatnya di
stasiun relai Gunung Menumbing dan Gunung Mangkol). Baru kemudian dipancarkan
kembali ke Belitung melalui stasiun yang ada di Gunong Tajam. Begitulah
tahapannya ketika TVRI pertama kali mengudara di langit Belitung pada awal
tahun 1975.
Siaran
TVRI yang tidak langsung ini jelas memiliki berbagai kekurangan, seperti sinyal
relai TVRI dari Palembang yang kurang baik. Oleh karena itu, masyarakat
Belitung sering hanya menikmati suara atau gambarnya saja. Selain itu,
masyarakat Belitung juga tidak bisa menikmati sepenuhnya acara nasional yang
disiarkan oleh TVRI. Siaran TVRI Nasional yang diterima Belitung seringkali
dipotong atau diambil alih oleh TVRI Palembang untuk menyiarkan khusus acara
Palembang. Siaran khusus Palembang tersebut selalu atau wajib dimulai pada
pukul 18.30.
Berbagai
macam kendala atau kekurangan tersebut berhasil diatasi saat Indonesia telah
memiliki satelit sendiri, Satelit Palapa pada tahun 1976. Setelah itu, muncul
ide atau usul dari Bapak Christian Lebert selaku Kepala Biro Telekomunikasi UPT
Belitung. Beliau mengusulkan agar stasiun di Gunong Tajam memiliki parabola
supaya bisa mengambil langsung siaran nasional yang dipancarkan satelit.
Pemasangan
parabola tersebut baru terealisasi pada awal tahun 1980-an, tepatnya pada Juli
1981. Pemasangan parabola ini langsung dipimpin oleh Bapak Christian Lebert.
Sejak parabola berhasil dipasang di stasiun relai TVRI Gunong Tajam, praktis
masyarakat Belitung bisa menikmati siaran TVRI Nasional dengan kualitas yang
baik ketimbang sebelumnya. Hal ini dikarenakan sejak tahun 1981, stasiun relai
di Gunong Tajam mengambil sinyal TVRI secara langsung dari satelit.
Begitulah
sekelumit kisah tentang awal keberadaan TVRI di Belitung yang berhasil
petabelitung.com rekonstruksi. Informasi tentang sejarah TVRI di Belitung
tersebut, petabelitung.com himpun atau peroleh dari Johanus Adwijan Lebert (Pak
Yan), Nano Bnn (Supriyatno), dan Buharnuddin Simin. Mereka adalah saksi sejarah atas perkembangan awal TVRI di Belitung.
Penelusuran lebih jauh soal TVRI di
Belitung ini, dilatarlbelakangi oleh sebuah unggahan beberapa foto lawas TVRI
di grup facebook Belitong Tempo Doeloe. Pada foto tersebut menampilkan
pemasangan parabola TVRI di Gunong Tajam. Nano Bnn (Supriyatno) selaku
pengunggah foto lawas itu membubuhkan keterangan (caption) foto seperti ini, “TVRI
pertama kali mengudara di Belitung #lupa
thn nye... #GUNUNGTAJAM
Kenangan dipuncak Belitong”.
Dikarenakan momen yang tepat (menjelang HUT TVRI pada 24 Agustus), maka
petabelitung.com mencoba untuk menghubungi Nano Bnn (Supriyatno), sang
pengunggah foto untuk menilik lebih jauh terkait sejarah TVRI di Belitung. Dari
perbincangan itu, Nano Bnn mengungkapkan bahwa ayahnya juga ikut pada
pemasangan parabola TVRI yang ditangkap foto lawas itu. Akan tetapi soal
sejarah TVRI di Belitung, Nano Bnn cukup ragu untuk menceritakannya dan
mengalihkan untuk bertanya langsung pada Pak Yan atau Johanus Adwijan Lebert.
Kemudian, petabelitung.com menghubungi Pak Yan. Ternyata, Pak Yan
merupakan anak dari Christian Lebert, sekian tokoh yang terlibat dalam
pendirian stasiun relai TVRI di Belitung. Dari Pak Yan, kami memperoleh informasi
yang sangat berharga sekali terkait eksistensi TVRI di Belitung dan peran
ayahnya, Christian Lebert. Beliau, Pak Yan sangat informatif dalam memberikan
keterangan soal TVRI di Belitung.
Selain itu, petabelitung.com juga memperoleh informasi tambahan dari
Bapak Burhanuddin Simin. Beliau menjelaskan bahwa saat rekreasi ke Gunong Tajam
Laki pada tahun 1967, Beliau melihat di Gunong Tajam Bini memang sedang ada
pembangunan menara pemancar. Keterangan dari Pak Burhanuddin Simin ini seakan
sebaris juga dengan keterangan yang petabelitung.com peroleh sebelumnya dari
Pak Yan. Lantas, rekonstruksi pun menjadi jelas.
Begitulah kisah penelusuran petabelitung.com. Sekali
lagi saya secara pribadi menghaturkan terima kasih pada Nano Bnn (Supriyatno),
Johanus Adwijan Lebert (Pak Yan), dan Burhanuddin Simin yang telah berkenan
dalam memberikan keterangan terkait eksistensi awal TVRI di Belitung.
Tak lupa juga,
saya pun turut mengucap selamat ulang tahun untuk TVRI yang telah mengudara 58
tahun lamanya.(*)
Penulis : Dony A. Wijaya
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com