Telisik Jalur Rempah di Belitung, Tahun 1913 Kebun Lada Manggar Paling Luas dan Ditanam oleh Tionghoa dari Serawak
PETABELITUNG.COM - Telisik jalur rempah di Belitung akan kita lanjutkan kembali ya ges. Kali ini kita mulai masuk ke sesi rempahnya. Wah lumayan.
Sumber refrensinya baru ditemukan oleh Kepala Bidang Sejarah KPSB Peta Belitung Haryanto, Rabu (16/9/2020). Bentuknya berupa buku berjudul : De pepercultuur in de buitenbezittingen, terbitan Landsdrukkerij tahun 1913 di Batavia (Jakarta). Silahkan klik judul dan langsung ke sumbernya ges, jangan sungkan.
Baik. Pada halaman 14 dalam buku tersebut terdapat satu laporan dari Asisten-Residen Belitung. Laporan dibagi ke dalam delapan sub judul yakni :
I. Alasan penggalakan budidaya lada, II. Pembuatan kebun, III. Bekerja di kebun setelah tanam, IV. Pemetikan, V. Pengemasan, VI. Kontrak kerja yang digunakan dalam pembudidayaan, VII. Pemasaran, VIII. Perencanaan area perkebunan dan ekspektasi produksi.
Dalam sub judul 1 disebutkan bahwa budidaya lada Belitung saat itu belum berkembang secara signifikan karena masalah kualitas tanah. Maka itu pemupukan tanah harus dilakukan secara intensif. Biasanya menggunakan limbah kotoran ternak, kotoran manusia, dedak udang kering, dan bungkil kacang. Kemudian disebutkan daerah mana saja di Belitung yang menjadi sentra budidaya lada.
"Kebun lada paling banyak ditemukan di Distrik Manggar; Namun ada juga beberapa kebun kecil di Distrik Gantung, Buding dan Dendang," kata Asisten Residen dalam laporannya.
"Di Distrik Tandjoeng Pandan, budaya ini dianggap gagal; setelah satu atau dua kali panen yang cukup baik, sulur mati; lahan yang digunakan untuk perkebunan ini sudah sejak lama dimanfaatkan untuk budidaya kelapa," kata Asisten Residen Belitung.
Dalam laporannya, Asisten Residen Belitung juga menyebutkan luas perkebunan lada. Kebun lada di Distrik Gantung luasnya kurang lebih 500 meter persegi, Dendang 700 meter persegi, Buding 500 meter persegi, dan Distrik Manggar 4000 meter persegi (0,4 hektar). Total luas kebun lada di empat distrik tersebut adalag 5700 meter persegi atau sekitar 5,7 hektar.
Menurut Asisten Residen Belitung, kebun terpenting yang ada saat itu di Belitung telah ditata di atas lahan tambang timah, oleh orang-orang Tionghoa yang terlibat dalam perusahaan pertambangan, sehingga hanya izin pegawai distrik yang bersangkutan dari Perusahaan Billiton yang diperlukan untuk mendapatkan tanah ini. Jika lahan yang diinginkan terletak di luar lokasi tersebut, izin yang diperlukan untuk pembangunan kebun harus diperoleh dari kepala distrik setempat. Tenaga kerjanya terdiri dari beberapa kuli Cina, yang dibayar sewa harian.
"Di Manggar, penataan lanskap asli dilakukan oleh penanam lada Cina dari Serawak. Modal kerja disediakan oleh penambang; Biasanya ini adalah kepala tambang di dalam wilayah tambang, dan di luar wilayah tersebut beberapa orang Tionghoa menganggap budidaya sayuran sebagai hal utama dan juga menanam sedikit lada," kata Asisten Residen.
Keterangan tentang budidaya lada di Manggar oleh Tionghoa dari Serawak. |
Sekian dulu ya ges artikel tentang Telisik Jalur Rempah di Belitung. Jadi kata Asisten Residen dalam laporannya yang dimuat di buku terbitan tahun 1913, kebun lada paling luas itu ada di Distrik Manggar. Wilayah Distrik Manggar tersebut pada saat ini sebagian besar masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Belum ditemukan detil lokasi budidaya di Distrik Manggar. Yang jelas katanya lokasi kebun lada itu ada di areal tambang timah.
Oke ya ges, foto di atas hanyalah ilustrasi. Judul aslinya ditulis Chinese mijnwerkersfamilie bij de tinmijnen te Manggar op Biliton. Terjemahan bebasnya, Keluarga penambang Tionghoa di tambang timah Manggar, Belitung. Foto ini dipublikasikan tahun 1903 dan direpro petabelitung.com dari Leiden University Libraries Digital Collections. Klik judul foto untuk melihat sumber aslinya ges. Semoga bermanfaat.(*)
Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com