Suku Juru Keturunan Panglima dari Kesultanan Johor
PETABELITUNG.COM - Ecoma Verstege Asisten Residen Belitung periode 1868-1875 membagi Orang Laut di Pulau Belitung menjadi dua kelompok. Pertama Suku Juru dan kedua yakni Sekah. Menurutnya, Sekah terdiri dari lima suku yakni Suku Parak, Suku Ulim, Suku Ketapang, Suku Bakau, dan Suku Belantu.
"Suku Djuru yang menganut agama Islam telah menetap di daratan sejak tahun 1870 di kampung-kampung seperti: kampung di ibu kota Tandjong Pandan yang berpenduduk 438 jiwa dan kampung di pangkal Mangad (Manggar) yang berpenduduk 136 jiwa, sedangkan sebagian kecilnya tinggal dekat Kepulauan Karimata (Divisi Barat Kalimantan) dengan hasil tangkapan ikan," kata Ecoma.
Keterangan Ecoma Verstege ini dimuat dalam sebuah tulisan berjudul Bijzonderheden over Sekah-Bevolking van Billiton (Rincian Populasi Sekah di Belitung). Tulisan ini dimuat dalam buku berjudul Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Vokenkunde Uitgegeven door het Bataviaasch Genootschap van kunsten en wetenschappen Jilid 24 tahun 1877.
Menurut Ecoma sulit melacak asal usul nenek moyang Sekah. Namun dari kisah yang dia dengar disebutkan bahwa Sekah adalah keturunan Juhar, seorang jawara atau panglima dari Sultan Johor.
"Nenek moyang orang Sekah di Billiton sulit dilacak, tetapi dikatakan bahwa mereka adalah keturunan dari Juhar tertentu, jawara atau panglima dari Sultan Johor (Malaka), yang diasingkan olehnya karena pelanggaran terhadap sultannya, yang bersama suku atau kerabatnya dulu dari pesisir Lingga, Siak, Riouw, membuat Singapura dan Malaka tidak aman oleh pembajakan, dan, didorong dari sana, melanjutkan ke perairan Bangka, di mana ia dan orang-orangnya berlama-lama di prahu kecil, dan terlibat dalam pembajakan, atau menangkap ikan dan tripang; Akibatnya sebagian dari suku ini ditemukan di Teluk Klabat pulau BÅ¡nka, di bawah distrik pertambangan Blinjoe, atau di Kurouw di bawah distrik pertambangan Koba, serta di pulau Lepar yang mayoritas bermukim di kepulauan Belitung," kata Ecoma.
Seorang insinyur pertambangan timah pada tahun 1875 P.H. van Diest membuat tulisan berjudul Bijdrage tot de geschiedenis van Billiton, gedurende de eerste 15 jaren onzer vestiging aldaar, bepaal delijk met het oog op het reeds te dien tijde bekend zijn van het voorkomen van tin erts aldaar. Menurutnya, Suku Juru awalnya sama seperti Sekah lainnya dalam hal keyakinan. Mereka pada umumnya tidak menganut agama apapun.
"Beberapa dari mereka menjadi seorang Muslim, terutama mereka yang tergabung dalam suku Juru. Suku ini berada di depan dalam hal peradaban. Perahu-perahu mereka juga dibuat dan diatur lebih baik daripada perahu-perahu suku lainnya. Mereka juga paling memahami bahasa Melayu," kata Van Diest.
Generasi Suku Juru masa kini masih menetap di Desa Juru Seberang. Mereka menyakini nama Juru berasal dari kata Johor. Entah sejak kapan suku ini kemudian membaur dan menjadi satu kesatuan dalam kebudayaan Belitong. Namun yang jelas sekarang, mereka adalah yang terdepan dalam hal pengelolaan objek wisata Hutan Kemasyarakatan (Hkm) yang berpusat di pantai Gusong Bugis. Semoga bermanfaat.(*)
Penulis: Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com
Foto master : Generasi Suku Juru abad 21 saat sedang merintis pengembangan objek wisata HKm di Desa Juru Seberang, tahun 2014 lalu. Wahyu Kurniawan.